Pembicara |Speakers

  • Amira Silmi

    Amira Silmi is an assistant professor in the Institute of Women’s Studies- Birzeit University. She has a PhD in Rhetoric from the University of California–Berkeley, and M.A in Gender and Development from Birzeit University. Her research is in the fields of colonial discourse, anticolonial and revolutionary writing, aesthetics, and feminist theory.

  • Anggun-Pradesha-Photo

    Anggun Pradesha

    Anggun Pradesha menyutradarai debut film dokumenternya "Emak Dari Jambi" di 2015 yg menyabet 2 penghargaan Internasional di Thailand dan Malaysia. Akhir 2020, membuat 2 karya film (Emak Menolak dan Saatnya Orang Muda) yang ada di kanal YouTube pribadinya. Kini sembari pasca produksi film keempat, Anggun sedang menggarap film kelimanya tentang Isu KTP Transgender.

  • Dewi-Noviami-Photo

    Dewi Noviami

    Dewi Noviami menyelesaikan studi di Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman Universitas Padjajaran dengan skripsi mengenai penerjemahan sastra Jerman. Spesialisasi dalam penerjemahan dan dramaturgi membuatnya terlibat berbagai produksi, festival sastra dan seni pertunjukan. Ia aktif di Ruang Perempuan dan Tulisan, Pokja Gender Koalisi Seni dan Perkumpulan Nasional Teater Indonesia.

  • DS Nugraheni

    Dwi Sujanti Nugraheni adalah pembuat film yang berbasis di Yogyakarta. Dia mengorganisir Festival Film Dokumenter (2012-2012) dan mengampu workshop. Film panjang perdananya ”Denok & Gareng” (2012) mendapat penghargaan nasional dan internasional. Ia telah menerima berbagai hibah belajar antara lain John Darling- Herb Feith Foundation Fellowship dan Yamagata Documentary Dojo.

  • Dwi Ratih Ramadhany

    Dwi Ratih Ramadhany menulis buku "Pemilin Kematian" (2017), "Badut Oyen" (2014), dan "Silsilah Duka" (2019). Ia pernah mengikuti Majelis Sastra Asia Tenggara 2016, menjadi Emerging Writers UWRF 2015, juga bergiat di Ruang Perempuan dan Tulisan. Ratih kerap gelisah soal isu perempuan, terutama dalam lingkup keluarga. Saat ini ia berprofesi sebagai editor buku serta menulis artikel dan konten di Ibupedia.

  • Els-Tineke-Rieke-Photo

    Els Tieneke Rieke

    Els Tieneke Rieke, Ph.D adalah dosen Sosio Ekonomi Pertanian, Jurusan Pertanian, Universitas Papua di Manokwari. Sebelum menjadi dosen, Els Tieneke bekerja di beberapa LSM; Rainforest Foundation Norway, Australia Indonesia Partnership Development Program-AUSAID, UNDP- People-Centred Development Project di Provinsi Papua Barat, dan OXFAM-Papuan Women Empowerment Project.

  • Elsa-Malinda-Photo

    Elsa Malinda

    Elsa Malinda bekerja sebagai pegawai di fasilitas kesehatan di Balikpapan dan penulis lepas. Ia menulis skrip Tik Tok, cerpen di media cetak maupun daring seperti Kompas Digital dan Detik.com, sampai buku anak-anak. Ia adalah alumni Lokakarya Virtual Penulisan Kreatif: Sejarah Lokal dan Perspektif Perempuan yang diselenggarakan oleh Perkawanan Perempuan Menulis tahun 2020.

  • Eunike-Setiadarma-Photo

    Eunike G. Setiadarma

    Eunike G. Setiadarma (mahasiswa doktoral di Northwestern University) memiliki minat riset mengenai sejarah intelektual, sejarah keluarga, dan sejarah afeksi. Penelitiannya mengenai diskursus keluarga dan perempuan Tionghoa dalam tulisan Kwee Thiam Tjing (Tjamboek Berdoeri) mendapatkan penghargaan Best First-Year Paper dari Departemen Sejarah Northwestern. Bersama sahabatnya, ia mengelola zine dan podcast Terminal Bus.

  • Fanny_Chotimah_Photo

    Fanny Chotimah

    Fanny Chotimah adalah pembuat film yang tinggal di Solo dan bergiat di komunitas film Kembang Gula. Film "You and I" (2020) merupakan debut dokumenter panjangnya sebagai sutradara. Film ini meraih penghargaan Best Film the Asian Perspective Awards di DMZ Docs 2020, Korea Selatan, Film Dokumenter Panjang Terbaik FFI 2020 dan NEXT:WAVE AWARD CPH:DOX 2021, Kopenhagen, Denmark.

  • Gabriela-Fernandez-Photo

    Gabriela Fernandez

    Gabriela Fernandez adalah penyanyi, penulis lagu, musisi muda asal Nusa Tenggara Timur yang saat ini berdomisili di Yogyakarta. Ia adalah sarjana psikologi dan artis visual. Gabriela melakukan riset dan perjalanan kerja lapangan yang disebut “Trip Menuju Timur”. Ia memaknai kata “pulang” dalam berbagai aktivitasnya secara personal untuk berbagi, berkolaborasi, belajar dan berkarya bersama anak-anak dan rekan-rekan musisi lainnya di NTT.

  • Ika-Vantiani-Photo

    Ika Vantiani

    Ika Vantiani adalah seniman, kurator dan pengrajin yang tinggal di Jakarta. Pendidikan terakhirnya D3 Periklanan dari The London Institute of Communications-Jakarta. Ika bereksplorasi dengan ide menjadi seorang perempuan hari ini yang berkelindan dengan media dan konsumsi. Ika menggunakan teknik kolase dan mengaplikasikannya pada lokakarya, instalasi dan seni jalanan.

  • Ita-F-Nadia-Photo

    Ita Fatia Nadia

    Ita F. Nadia menjabat sebagai Direktur Yayasan Kalyanamitra pada 1992-2000. Ia menjadi anggota Steering Committee APWLD (Asia Pacific Women Law and Development) 1995-2000 dan anggota Steering Committee AWHRC (Asia Women Human Rights Council) 1994-2005. Ita menjadi salah satu pendiri Komnas Perempuan dan menjabat sebagai Komisioner lembaga tersebut pada 1998-2006. Kini ia aktif sebagai peneliti sejarah di RUAS (Ruang Arsip dan Sejarah) Perempuan.

  • Kalis-Mardiasih-Photo

    Kalis Mardiasih

    Kalis Mardiasih adalah seorang penulis serta fasilitator lokakarya dan diskusi tentang gender. Buku-bukunya antara lain ”Muslimah Yang Diperdebatkan”, ”Hijrah Jangan Jauh-Jauh Nanti Nyasar” dan ”Sisterfillah You'll Never Be Alone”.

  • Keni-Soeriaatmadja-Photo

    Keni Soeriaatmadja

    Keni Soeriaatmadja lulus dari Studio Keramik FSRD ITB (2002). Ia menerima Ganesha Prize Award, beasiswa modul singkat Museologi di The Amsterdam School of The Arts. Keni menyelesaikan magister Antropologi di UNPAD (2019). Bersama Sasikirana KoreoLAB & Dance Camp ia mengembangkan DokumenTARI, platform story-telling yang diharapkan menjadi sumber kajian pelaku tari Indonesia.

  • L. Ayu Saraswati

    L. Ayu Saraswati adalah dosen kajian perempuan di Universitas Hawaii. Ia adalah penulis buku Putih: Warna Kulit, Kecantikan, dan Ras di Indonesia, yang mendapatkan penghargaan Gloria Anzaldúa dari National Women’s Studies Association. Ia juga merupakan editor Introduction to Women’s, Gender, and Sexuality Studies: Interdisciplinary and Intersectional Approaches (2017) dan Feminist and Queer Theory (2020). Buku terbarunya adalah Pain Generation: Social Media, Feminist Activism, and the Neoliberal Selfie.

  • Margareth Ratih Fernandez

    Bekerja sebagai editor dan suka menulis cerpen. Pada 2018 ia menerbitkan antologi cerpen berjudul Tank Merah Muda: Cerita-Cerita yang Tercecer dari Reformasi, bersama teman-temannya di Perkawanan Perempuan Menulis. Salah satu cerita pendeknya terhimpun dalam Berita Kehilangan, buku kumpulan cerita pendek bertemakan penghilangan paksa yang diterbitkan oleh KontraS pada Juni 2021.

  • Martha-Hebi-Photo

    Martha Hebi

    Martha Hebi lahir di Waingapu, Sumba Timur. Sejak 2003 ia bekerja di bidang pemberdayaan masyarakat Pulau Sumba. Proses kerjanya melahirkan refleksi tentang diskriminasi perempuan serta pengabaian terhadap nilai kemanusiaan dalam sejarah dan tradisi lokal. Bersama SOPAN Sumba, Martha melakukan perjumpaan dan mendengarkan suara hati penyintas dan pelaku Kawin Tangkap di Sumba.

  • Marusya-Nainggolan-Photo

    Marusya Nainggolan

    Marusya Nainggolan adalah komponis, pianis dan dosen yang tinggal di Jakarta. Ia adalah penerima beasiswa Australian Department of Foreign Affairs untuk studi piano dan Fulbright untuk studi komposisi. Saat ini dia adalah Dosen Etnomusikologi di Institut Kesenian Jakarta yang meneliti ”Loro Jonggrang”, karya opera pertama komponis Indonesia ciptaan Trisutji Kamal.

  • Rani-Jambak-Photo

    Rani Jambak

    Rani Jambak, seorang musisi yang berasal dari Medan, Sumatera Utara. Karya Rani sering kali membahas mengenai suara-suara budaya, sosial dan bagaimana keterkaitan manusia dengan leluhurnya. Rani juga mempelopori kampanye lingkungan #formynature di mana dia memproduksi musik membahas beragam isu lingkungan dan bekerja sama dengan NGO seperti Orangutan Haven dan PPLH Bohorok.

  • Rode Wanimbo

    Rode Wanimbo was born and grew up in Agamua, Wamena, the Central Highland of West Papua. She graduated from Cenderawasih University in Jayapura, Papua, in 2003. She is a mother of two. She grew up feeling inferior even at the university, and she became Christian and read the scriptures by using glasses that belong to the dominant cultures. With a collective of women, she engaged in the process of decolonizing the Bible. Since 2013, Rode Wanimbo has been the head of the Women’s Department of the GIDI Church (Evangelical Church of Indonesia). Her group has been rediscovering the values of woman in religion in a critical framework.

  • Salomi-Rambu-Iru-Photo

    Salomi Rambu Iru

    Salomi Rambu Iru lahir di Waikabubak, Sumba Tengah. Sejak tahun 2000 ia melakukan perlawanan terhadap tindakan Kawin Tangkap yang tidak adil bagi perempuan. Ia membuka perdebatan mengenai praktik Kawin Tangkap dalam tradisi Sumba sebagai tindak kekerasan terhadap perempuan. Salomi mendampingi korban dengan pendekatan budaya dan hukum agar bisa lepas dari jeratan Kawin Tangkap.

  • Sara Saleh

    Sara Saleh is the daughter of migrants from Palestine, Egypt, and Lebanon, living on Gadigal land. A human rights activist, community organiser, and campaigner for refugee rights and racial justice, she has spent over a decade in grassroots and non-governmental organisations in Australia and the Middle East. A poet and writer, Sara’s pieces have been published in English and Arabic in various national and international outlets and anthologies. Sara sits on the board of Australia's largest advocacy organisation, GetUp!, and is a proud Bankstown Poetry Slam 'Slambassador’.

  • Tamarra

    Tamarra adalah seniman otodidak yang sekarang sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, jurusan sejarah. Sejak tahun 2015, ia mulai terlibat dalam proyek-proyek seni baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karya Tamarra banyak dipengaruhi oleh ketertarikannya terhadap gender dan seksualitas, sejarah orang-orang nonbiner, agama dan kemanusiaan.

  • Tika-Ramadhini-Photo

    Tika Ramadhini

    Tika Ramadhini saat ini sedang menempuh studi doktoral di Humboldt-Universität zu Berlin, Jerman. Ia berkecimpung di bidang sejarah global dan kolonial dengan fokus perspektif gender dan dekolonialisme dalam penulisan sejarah intelektual. Saat ini, ia menetap di Berlin sembari aktif mengelola komunitas sejarah melalui sosial media di kanal YouTube dan Instagram History Inc.

  • Umi-Lestari-Photo

    Umi Lestari

    Umi Lestari adalah penulis, peneliti, dan pengajar. Minatnya penulisan sejarah, estetika, dan politik sinema Indonesia. Ia meraih New Emerging Writers Fellowship dari Southeast of Now Journal pada 2019. Umi juga menulis untuk situs online Nang, Jurnal Footage, cemeti, dan blognya umilestari.com. Umi mengajar di Prodi Film Universitas Multimedia Nusantara.

  • Widya-Fitri-Ningsih

    Widya Fitri Ningsih

    Widya Fitri Ningsih lahir di Banjarsari, Ciamis 1986. Dia adalah staf pengajar di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada dan kini tengah menempuh program doktoral di Departement of Art & Culture, History, and Antiquity, Faculty of Humanities, VU University Amsterdam. Menulis artikel dan buku, seperti Anak Cucu Kolonial: Identitas, Pengalaman dan Memori Perempuan Tionghoa di Belanda.

  • Yuliana-Dafrosa-Kaimu-Photo

    Yuliana Dafrosa Kaimu

    Yuliana Dafrosa Kaimu adalah perempuan suku Yaghai, guru SD di kampung Agham Mappi, Papua. Sejak 2005, ia menggunakan paduan suara untuk pembelajaran nonformal, agar anak-anak berlatih membaca dan menulis lirik lagu serta berhitung. Ia melakukan ini untuk mengatasi tantangan klasik anak-anak di Mappi, yakni keterbatasan baca-tulis dan berhitung dari usia SD hingga SMP dan SMA.